Pembelajaran
IPA (ilmu pengetahuan alam) merupakan salah satu pembelajaran yang disampaikan pada proses belajar
mengajar di sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada
pemberian pengetahuan. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara
komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang berbentuk kompetensi yang ditetapkan (Wisudawati &
Sulistyowati, 2014:26). Putra (2013:53) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis
sains adalah pembelajaran yang menjadikan sains (murni) sebagai metode atau
pendekatan dalam proses belajar-mengajar.
Trianto
(2010:141) menyebutkan terdapat nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan
dalam pembelajaran IPA, diantaranya: (a)
kecakapan bekerja dan berpikir menurut langkah-langkah metode ilmiah, (b)
keterampilan dan kecakapan untuk memecahkan masalah, (c) memiliki sikap ilmiah
untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan penyataan Susanto
(2016:170) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA di SD dilaksanakan dengan
penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA, sehingga
akan memberikan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan
penyelidikan sederhana.
Gie
(1992:44) menyebutkan tujuan pendidikan IPA di Indonesia tidak hanya
menciptakan ilmuan pada tingkat pendidikan tinggi, namun diutamakan pada
pendidikan tingkat dasar dan menengah dalam upaya membina generasi manusia
modern yang melakukan pemikiran ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Aktamis & Ergin (2008) yang menjelaskan bahwa:
The
purpose of science education is to enable individuals to use scientific
proccess skill, in other words, to able to define the problems around them, to
observe, to analyze, to hypothesize, to experiment, to conclude, to generalize,
and to apply the information they have with the necessary skills.
Proses
pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam pendidikan. Sagala (2014:61)
menjelaskan pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu utama dalam keberhasilan
pendidikan. Robert dalam Ngalimun (2016:3) menyatakan dengan pembelajaran
peserta didik memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan
dan sikap, dengan kata lain pembelajaran yang spesifik akan terjadi apabila ke
tiga ranah pembelajaran dapat dicapai yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor. Proses pembelajaran akan
menciptakan kegiatan belajar dan mengajar. Menurut Sagala (2014:12) belajar
adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
dengan mengolah bahan belajar. Sedangkan mengajar adalah penyampaian informasi
atau pengetahuan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Sukardjo
(2005:10) menjelaskan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis tentang gejala-gejala alam. Kedua pendapat tersebut sejalan
dengan pendapat Iskandar (2001:2) bahwa IPA atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam,
artinya ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Trianto (2010:136) menyatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dan sebagainya.
Sciece is the board
field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment,
and explaind by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses,
yang artinya bahwa IPA merupakan pengetahuan manusia yang secara luas,
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesis-hipotesis (Purnell’s
dalam Iskandar, 2001 : 2). Jacobsob & Bergman dalam Susanto (2016:170)
menyebutkan karakteristik IPA, diantaranya: 1) merupakan kumpulan konsep,
prinsip, hukum, dan teori, 2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental,
mencermati fenomena alam dan penerapannya, 3) sikap keteguhan hati,
keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia, 4) tidak dapat
membuktikan semua tetapi hanya sebagian, 5) keberanian IPA bersifat subjektif
dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah kegiatan
pembelajaran tentang gejala alam dan fakta-fakta dalam kehidupan yang kemudian
dapat membawa perubahan terhadap diri siswa mengenai pengetahuan, keterampilan,
dan sikap ilmiah, serta dapat melatih kesadaran siswa dalam bersikap bijak
terhadap alam.
kontributor: ermi
0 Komentar