Hakikat Pembelajaran IPA

January 14, 2019
Pembelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam) merupakan salah satu pembelajaran yang disampaikan pada proses belajar mengajar di sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada pemberian pengetahuan. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang ditetapkan (Wisudawati & Sulistyowati, 2014:26). Putra (2013:53) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis sains adalah pembelajaran yang menjadikan sains (murni) sebagai metode atau pendekatan dalam proses belajar-mengajar.
Trianto (2010:141) menyebutkan terdapat nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam  pembelajaran IPA, diantaranya: (a) kecakapan bekerja dan berpikir menurut langkah-langkah metode ilmiah, (b) keterampilan dan kecakapan untuk memecahkan masalah, (c) memiliki sikap ilmiah untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan penyataan Susanto (2016:170) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA di SD dilaksanakan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA, sehingga akan memberikan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
Gie (1992:44) menyebutkan tujuan pendidikan IPA di Indonesia tidak hanya menciptakan ilmuan pada tingkat pendidikan tinggi, namun diutamakan pada pendidikan tingkat dasar dan menengah dalam upaya membina generasi manusia modern yang melakukan pemikiran ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Aktamis & Ergin (2008) yang menjelaskan bahwa:
The purpose of science education is to enable individuals to use scientific proccess skill, in other words, to able to define the problems around them, to observe, to analyze, to hypothesize, to experiment, to conclude, to generalize, and to apply the information they have with the necessary skills.  

Proses pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam pendidikan. Sagala (2014:61) menjelaskan pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu utama dalam keberhasilan pendidikan. Robert dalam Ngalimun (2016:3) menyatakan dengan pembelajaran peserta didik memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap, dengan kata lain pembelajaran yang spesifik akan terjadi apabila ke tiga ranah pembelajaran dapat dicapai yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.  Proses pembelajaran akan menciptakan kegiatan belajar dan mengajar. Menurut Sagala (2014:12) belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan mengolah bahan belajar. Sedangkan mengajar adalah penyampaian informasi atau pengetahuan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sukardjo (2005:10) menjelaskan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala-gejala alam. Kedua pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Iskandar (2001:2) bahwa IPA atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, artinya ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.   Trianto (2010:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Sciece is the board field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explaind by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses, yang artinya bahwa IPA merupakan pengetahuan manusia yang secara luas, didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis  (Purnell’s dalam Iskandar, 2001 : 2). Jacobsob & Bergman dalam Susanto (2016:170) menyebutkan karakteristik IPA, diantaranya: 1) merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori, 2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, mencermati fenomena alam dan penerapannya, 3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia, 4) tidak dapat membuktikan semua tetapi hanya sebagian, 5) keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah kegiatan pembelajaran tentang gejala alam dan fakta-fakta dalam kehidupan yang kemudian dapat membawa perubahan terhadap diri siswa mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah, serta dapat melatih kesadaran siswa dalam bersikap bijak terhadap alam. 


kontributor: ermi

Previous
Next Post »
0 Komentar