a.
Pengertian
Model Pembelajaran
Hosnan
(2014 : 337) menjelaskan model adalah prosedur yang sistematis tetang pola
belajar untuk mencapai tujuan belajar yang dijadikan sebagai pedoman bagi
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Suyadi (2015 : 14) yang menyatakan bahwa model
merupakan gambaran kecil atau miniatur dari sebuah konsep besar. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
diperoleh pengertian model adalah sesuatu yang dirancangan sebagai gambaran secara sistematis
dan terencana dari sebuah konsep yang dijadikan sebagai pedoman dalam mencapai
tujuan.
Fathurrohman
(2015 : 16) mengartikan pembelajaran adalah proses interkasi yang dilakukan
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses pembelajaran yang menjadi landasan terlaksananya pembelajaran
adalah prinsip pembelajaran itu sendiri (Dharma, 2013: 120). Pembelajaran juga
perlu dirumuskan tujuan, yang apabila tujuan pembelajaran itu ditinjau dari
hasil belajar akan muncul tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor (Hosnan, 2014: 10).
Berdasarkan
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara
pendidik dan peserta didik sebagai sarana penyampaian informasi dan pengetahuan
yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta
perubahan terhadap sikap peserta didik.
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau dalam tutorial (Trianto,
2010 : 51). Joyce & Weil dalam Rusman (2016 : 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau atau yang lain.
Joyce,dkk
dalam Suprijono (2016 : 55) merumuskan unsur-unsur dari model pembelajaran
sebagai berikut: 1) sintaks, tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru, 2)
prinsip reaksi, kegiatan mengambarkan bagaimana guru melihat, memperlakukan, memberikan
respon kepada peserta didik, 3) sistem sosial, pola hubungan guru dengan
peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ngalimun (2011:7) menyebutkan beberapa ciri
model pembelajaran, diantaranya: 1) rasional teoritik logis yang disusun para
pencipta atau pengembangnya, 2) ladasan pemikiran berdasarkan pesera didik dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3) tingkah laku pembelajaran agar model
dapat berhasil dilaksanakan dan lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Trianto
(2010:54) menyatakan bahwa pemilihan
model dipengaruhi oleh sifat materi, tujuan pengajaran dan kemampuan peserta
didik, serta mempunyai tahap-tahap atau sintaks. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat Ngalimun (2016:26), bahwa dalam suatu model pembelajaran akan memuat,
diantaranya: 1) deskripsi lingkungan belajar, 2) pendekatan, metode, teknik,
dan strategi, 3) manfaat pembelajaran, 4) materi pembelajaran (kurikulum), 5)
media, dan 6) desain pembelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sesuatu yang
dirancang oleh pengguna model sebagai pedoman dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang disesuaikan dengan komponen pembelajaran dan kebutuhan siswa
guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.
Pengertian
Model Pembelajaran Inquiry
Imas
& Berlin (2016 : 113-114) menjelaskan model pembelajaran Inquiry adalah model pembelajaran seni
merekayasa sutasi yang membuat siswa bisa berperan sebagai ilmuan, sehingga
pembelajaran tersebut dapat menekankan pada aspek sosial di kelas dan suasana
terbuka yang mengundang siswa untuk berdiskusi. Majid (2013 : 223) menyatakan
bahwa strategi pembelajaran Inquiry berupa
rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis
untuk mencari serta menemukan sendiri jawaban suatu masalah yang dipertanyakan.
Muhadjir
dalam Fathurrohman (2015 : 104) menyebutkan dalam pembelajaran Inquiry akan menimbulkan proses mental
seperti: a) merumuskan masalah, b) merancang eksperimen, c) melaksanakan
eksperimen, d) mengumpulkan data, e) menganalisis, dan f) membuat kesimpulan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Oemar (2013 : 219) bahwa pada pembelajaran
Inquiry seseorang bertindak sebagai
seorang ilmuan dan mampu melakukan proses mental, diantaranya sebagai berikut :
1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam, 2) merumuskan masalah,
3) merumuskan hipotesis, 4) merancang pendekatan investigatif yang meliputi
eksperimen, 5) melaksanakan eksperimen, dan 6) mensintesiskan pengetahuan, 7)
memiliki sikap ilmiah.
Hiang’s in Shamsudin, dkk
(2013:58) elaboration of inquiry includes
investigation of a problem; finding truth or knowldge that requires thinking
critically, making observation, asking questions, doing experiments, and
stating conclusions, and thinking creatively and using intuition. Inquiry is a
process of understanding the characteristics of science through scientific
experiments.
Srini
(2011 : 51) menyebutkan bahwa pendekatan Inquiry
merupakan strategi pembelajaran membuat guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan ilmuan yang berupa proses penemuan
dan penyelidikan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen,
mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. National Reseach Council (NRC) dalam
Susanto (2016:173) menyatakan pembelajaran Inquiry
mempunyai tujuan utama, yaitu: 1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa
untuk belajar prinsip dan konsep sains, 2) mengembangkan keterampilan ilmiah,
sehingga mampu bekerja seperti ilmuan, 3) membiasakan siswa bekerja keras untuk
memperoleh pengetahuan.
Santyasa dalam Salim & Tiawa
(2015:76) explain about inquiry, to
improve the quality of the processes and outcomes of the learning, the learning
experts have suggesred the use structured inquiry learning paradigm for
teaching and learning activities ini the classroom.
Model
pembelajaran Inquiry merupakan model
yang diasumsikan cukup akomodatif untuk pembelajaran sains di SD, karena model
ini menjadi jembatan gaya pembelajaran konvensional yang masih verbalitas dan
minim alat-alat ke gaya pembelajaran sains alternatif yang lebih proposional
bagi hakikat sains dan karakteristik siswa SD (Fatonah & Prasetyo,
2014:74).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Inquiry merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
untuk menemukan sendiri pengetahuan dalam proses belajar, sehingga dapat
melatih siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan membiasakan
siswa untuk bekerja layaknya seorang ilmuan.
c.
Karakteristik
Model Pembelajaran Inquiry
Sanjaya
dalam Fathurrohman (2015:106) menyebutkan beberapa hal yang menjadi ciri utama
model pembelajaran Inquiry, diantaranya:
1) menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal dalam mencari dan
menemukan, 2) seluruh aktivitas peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri, 3) model pengembangan kemampuan intelektual yang merupakan bagian
dari proses mental. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anam (2015:13) yang
menyebutkan ciri-ciri dari pembelajaran Inquiry,
diantaranya: 1) strategi Inquiry menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, 2) strategi Inquiry
menempatkan guru sebagai fasilitator dan
motivator dalam belajar, 3) siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
namun menggunakan potensi untuk mengembangkan pemahaman terhadap materi
pelajaran.
Menurut
Hosnan (2014 : 341) ciri-ciri pembelajaran Inquiry
sebagai berikut : 1) pembelajaran Inquiry
menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, perserta didik sebagai subjek belajar, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta
didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan dan mampu menumbuhkan sikap percaya diri, 3) peserta didik tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga menggunakan
potensi yang dimiliki.
Berdasarkan
uraian di atas bahwa yang menjadikan ciri khusus dalam sebuah pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang
memposisikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan menekankan pada
proses dengan adanya praktikum atau percobaan dalam kelas.
d.
Tujuan
Model Pembelajaran Inquiry
Hosnan
(2014:341) menyatakan tujuan dari penggunaan pembelajaran Inquiry adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, kritis, dan kemampuan intelektual yang merupakan bagian dari
proses mental. Bruce & Well dalam Hosnan
(2014 : 345) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran Inquiry juga bertujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang
dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah.
Anam
(2015 : 9) menyatakan tujuan pembelajaran berbasis Inquiry, untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam
berimajinasi. Sehingga siswa tidak hanya mengerti materi pelajaran namun juga
mampu menciptakan penemuan. Ngalimun (2017:92) menyatakan tujuan dari
pendekatan Inquiry adalah membantu
siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual untuk memunculkan
masalah sehingga dapat mencari jawaban sendiri dan dapat memecahkan masalah
secara mandiri. Sumantri & Permana (2001:142) menyebutkan beberapa tujuan
dari metode Inquiry, diantaranya: 1)
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan
pelajaran, 2) mengurangi ketergantungan peserta didik dalam mendapatkan
pengalaman belajaranya, 3) melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar, 4) memberi pengalaman belajar seumur hidup.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran Inquiry adalah melatih siswa menjadi pribadi yang menyerupai
ilmuan, mampu mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, dan
mempunyai sikap ilmiah.
e.
Klasifikasi
Model Pembelajaran Inquiry
Bonsteter
dalam Susanto (2016:175) mengklasifikasikan Inquiry
ke dalam empat tingkatan, yaitu: 1) praktikum (traditional hands-on), 2) pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), 3) inkuiri
siswa mandiri (student direct inquiry),
dan 4) penelitian siswa (student
research). Hinduan,dkk dalam (Fatonah & Prasetyo, 2014:75) menyebutkan
empat jenis pendekatan model Inquiry,
diantaranya: 1) pendekatan rasional (rational
approach), 2) pendekatan penemuan murni (pure
discovery approach), 3) pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery approach), dan 4) pendekatan eksperimental (experimental approach).
Shamsudin
(2013:584) explain there are five
inquiry-based teaching methosd, namely simulation, field study, project,
demonstration of discrepant event an experiment.
Bonnstetter
dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:83-84) membedakan Inquiry ke dalam
lima tingkatan, yaitu: 1) praktikum (traditional
hand-on), 2) pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), 3) inkuiri terbimbing (guided inquiry), 4) inkuiri peserta
didik mandiri (student directed inquiry),
5) penelitian peserta didik. Hal tersebut hampir sejalan dengan pendapat Anam
(2015:16-18) bahwa terdapat empat tingkatan inquiry,
yaitu: 1) inkuiri terkontrol, 2) inkuiri terbimbing, 3) inkuiri terencana, 4) inkuiri
bebas. Sedangkan Suparno dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:84-85)
membedakan Inquiry menjadi dua
berdasarkan peran guru dalam melakukan penyelidikan, yaitu: 1) guided inquiry (penyelidikan terarah),
2) open inquiry (inkuiri terbuka atau
bebas).
Wening (2012:9) the
levels of Inquiry of Science is reviewed and explicated. The Model’s levels –
discovery learning, interactive demontstration, inquiry labs, and hypothetical
inquiry- are integrated with a new 5-stage learning cycle to produce a refined
model for science teaching.
Dari
beberapa klasifikasi model pembelajaran Inquiry
di atas. Peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran Inquiry tipe discovery
learning dengan tahapannya yaitu; observation,
manipulation, generalization, verification, dan aplication.
f.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Inquiry
Imas & Berlin (2016 : 117)
mengemukakan bahwa proses pembelajaran inquiry dapat dilakukan secara personal
dan atau membentuk kelompok. Adapun cara membentuk kelompok dalam Inquiry sebagai berikut : 1) membentuk
kelompok berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial, 2)
memperkenalkan topik inkuiri kepada semua kelompok sesuai dengan minat, 3)
membuat kebijakan atau aturan-aturan khusus berkaitan dengan topik yang akan dibahas,
4) setiap kelompok diarahkan untuk dapat merumuskan semua istilah yang
terkandung di dalam proposisi kebijakan atau aturan yang akan dilaksanakan
terkait topik yang dibahas. Oemar (2013 : 221) berpendapat penggunaan strategi inquiry dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut : 1) mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus
secara jelas, 2) mengajukan pertanyaan tentang fakta, 3) memformulasikan
hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2, 4) mengumpulkan informasi,
5) merumuskan jawaban atas pertanyaan.
Syah dalam Fathurrohman (2015 :
109) mengaplikasikan, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang) atau orientasi, 2) Problem statement
(pernyataan/indentifikasi masalah, 3) Data
collection (pengumpulan data), 4) Data
processing (pengolahan data), 5) Verification
(pembuktian), 6) Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Wening
(2012 : 13) memaparkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Inquiry tipe discovery learning sebagai berikut :
1)
Observation
Langkah
observation adalah langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif.
Pada langkah ini, pendidik mengondisikan agar peserta didik dapat aktif mengikuti
pembelajaran. Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk mengindetifikasi
suatu obyek atau benda yang diberikan oleh guru.
2)
Manipulation
Manipulation
merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu masalah atau kejadian yang
biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik membimbing siswa untuk
menentukan hipotesis. Pendidik setelah itu membimbing siswa melakukan percobaan
untuk membuktikan hipotesis.
3)
Generalization
Generalization
merupakan langkah yang menuntut peserta
didik untuk menuliskan hasil percobaan. Pendidik membimbing siswa untuk
menyiapkan data dalam membuktikan hipotesis. Setelah itu, pendidik meminta
siswa mengutarakan data yang di peroleh untuk menguji hipotesis.
4)
Verification
Verification
adalah pada tahap ini pendidik membimbing para siswa menarik kesimpulan dari
data yang diperoleh dalam melakukan percobaan, sehingga dapat memberikan
jawaban pada hipotesis yang telah dibentuk.
5)
Aplication
Aplication
adalah pada tahap ini pendidik memberikan sebuah aplikasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, mengenai topik yang di berikan kepada siswa. Sehingga siswa
mempunyai gambaran yang jelas mengenai teori dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-sehari.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dari pembelajaran Inquiry ada liam tahap yaitu observation, manipulation, generalization,
verification, dan aplication.
g.
Kelebihan
Model Pembelajaran Inquiry
Imas & Berlin (2016 : 114) mengemukakan
kelebihan model pembelejaran Inquiry ialah: 1) Inquiry
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, 2) model pembelajaran Inquiry
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing,
3) model pembelajaran Inquiry
menganggap belajar adalah proses perubahan, 4) model pembelajaran Inquiry dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Dengan kelebihan-kelebihan dari model
pembelajaran Inquiry yang selalu
melibatkan siswa dalam pembelajaran, Hosnan (2014 : 348) berpendapat bahwa dapat
ditimbulkan beberapa keuntungan mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry, diantaranya: 1) membangun
pemahaman konsep dan gagasan yang baik, 2) membantu dalam menggunakan daya
ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, 3) mendorong
siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, 4) membantu siswa
untuk berfikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5) memberi
kepuasan yang bersifat instrinsik, 6) mendorong terjadinya proses belajar yang
lebih menantang.
Anam
(2015 : 15) menyebutkan beberapa kelebihan model pembelajaran inquiry sebagai
berikut :
1) Real life skills:
siswa belajar hal-hal penting yang mudah dilakukan. Sehingga siswa tidak hanya duduk,
diam dan mendengarkan, namun juga didorong untuk melakukan
2) Open-ended topic
: tema yang diperlajari tidak terbatas, bisa bersumber pada buku pelajaran,
pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio, dan seterusnya. Sehingga
membuat siswa banyak belajar.
3) Intuitif,
imajinatif, inovatif : siswa belajar
dengan seluruh potensi yang dimiliki, mulai dari kreatifitas hingga imajinasi.
Sehingga siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box karena siswa belajar bukan hanya sekedar kewajiban
tetapi membutuhkan.
4) Peluang
melakukan penemuan : dengan observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang
besar untuk melakukan penemuan, sehingga siswa akan mendapat hasil dari materi
atau topik yang mereka pelajari.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang
memberikan ruang gerak seacara penuh kepada siswa dalam menemukan pengetahuan
dan mampu melatih siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif.
h.
Kekurangan
atau Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry
Imas
& Berlin (2016 : 115) mengemukakan beberapa kekurangan model pembelajaran Inquiry, sebagai berikut : 1) sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, 2) strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran karena terbentur kebiasaan siswa dalam belajar, 3)
memungkinkan untuk terjadi proses pembelajaran yang panjang, 4) apabila ketentuan
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka model pembelajaran Inquiry akan
sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Marsh
dalam Ngalimun (2016:69) menyatakan ada beberapa kelemahan-kelemahan dari
pendekatan pembelajaran Inquiry,
diantaranya: 1) memerlukan jumlah jam pelajaran yang banyak di dalam dan luar
kelas, 2) memerlukan proses mental, seperti analitik dan kognitik, 3) berbahaya
apabila dikaitkan dengan beberapa problema Inquiry,
4) siswa lebih menyukai pendekatan bab per bab yang tradisional, 5) siswa
dievaluasi dengan menggunakan tes prestasi tradisional.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pembelajaran Inquiry adalah dalam apabila peserta
didik tidak dibiasakan melakukan percobaan pada kegiatan pembelajaran maka akan
sulit untuk diterapkan, karena kegiatan pada proses pembelajaran menuntut siswa
untuk bergerak aktif dalam melakukan percobaan.
i.
Tahapan
Model Pembelajaran Inquiry dalam
pembelajaran IPA
Penggunaan
model pembelajaran Inquiry dirasa
cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA. Beberapa unsur model Inquiry yang harus ada dalam
pembelajaran IPA, diantaranya: a) materi IPA yang dipelajari berhubungan dengan
konteks masalah dan fenomena yang ditemui peserta didik, b) pola pertanyaan
guru harus terarah, c) perumusan masalah dan hipotesis dari peserta didik harus
diperiksa guru, d) mengoptimalkan nilai tanggung jawab dan rasa ingin tahu pada
peserta didik ketika mengumpulkan data, e) pengambilan kesimpulan berpedoman
pada konsep IPA, f) lembar asesmen kognitif, afektif, dan psikomotorik
disiapkan sebelum proses pembelajaran, g) menentukan tempat kegiatan
pembelajaran IPA (kelas, laboratorium, lingkungan sekitar,atau rumah).
Susanto
(2016:176) menyebutkan pembelajaran Inquiry
pada mata pelajaran IPA di SD terdapat lima tahapan, yaitu: 1) kegiatan
merumuskan pertanyaan yang dapat
diteliti melalui percobaan sederhana, 2)
perumusan hipotesis atau membuat prediksi, 3) merencanakan dan
melaksanakan suatu percobaan sederhana, 4) mengkomunikasikan hasil pengamatan
menggunakan data dan alat percobaan, dan 5) menyimpulkan hasil pengamatan atau
eksperimen yang telah dilakukan. Implementasi Model Pembelajaran Inquiry dapat dilihat pada Gambar 2.1
sebagai berikut:
kontributor: ermi
0 Komentar