Model Pembelajaran Inquiry dalam Pembelajaran IPA

January 15, 2019
a.    Pengertian Model Pembelajaran
Hosnan (2014 : 337) menjelaskan model adalah prosedur yang sistematis tetang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar yang dijadikan sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Suyadi (2015 : 14) yang menyatakan bahwa model merupakan gambaran kecil atau miniatur dari sebuah konsep besar.  Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diperoleh pengertian model adalah sesuatu yang  dirancangan sebagai gambaran secara sistematis dan terencana dari sebuah konsep yang dijadikan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan.
Fathurrohman (2015 : 16) mengartikan pembelajaran adalah proses interkasi yang dilakukan peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran yang menjadi landasan terlaksananya pembelajaran adalah prinsip pembelajaran itu sendiri (Dharma, 2013: 120). Pembelajaran juga perlu dirumuskan tujuan, yang apabila tujuan pembelajaran itu ditinjau dari hasil belajar akan muncul tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Hosnan, 2014: 10).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa  pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai sarana penyampaian informasi dan pengetahuan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta perubahan terhadap sikap peserta didik.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai  pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam tutorial  (Trianto, 2010 : 51). Joyce & Weil dalam Rusman (2016 : 133) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau atau yang lain.
Joyce,dkk dalam Suprijono (2016 : 55) merumuskan unsur-unsur dari model pembelajaran sebagai berikut: 1) sintaks, tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru, 2) prinsip reaksi, kegiatan mengambarkan bagaimana guru melihat, memperlakukan, memberikan respon kepada peserta didik, 3) sistem sosial, pola hubungan guru dengan peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran.  Ngalimun (2011:7) menyebutkan beberapa ciri model pembelajaran, diantaranya: 1) rasional teoritik logis yang disusun para pencipta atau pengembangnya, 2) ladasan pemikiran berdasarkan pesera didik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3) tingkah laku pembelajaran agar model dapat berhasil dilaksanakan dan lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Trianto (2010:54)  menyatakan bahwa pemilihan model dipengaruhi oleh sifat materi, tujuan pengajaran dan kemampuan peserta didik, serta mempunyai tahap-tahap atau sintaks. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Ngalimun (2016:26), bahwa dalam suatu model pembelajaran akan memuat, diantaranya: 1) deskripsi lingkungan belajar, 2) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, 3) manfaat pembelajaran, 4) materi pembelajaran (kurikulum), 5) media, dan 6) desain pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sesuatu yang dirancang oleh pengguna model sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran yang disesuaikan dengan komponen pembelajaran dan kebutuhan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b.   Pengertian Model  Pembelajaran Inquiry
Imas & Berlin (2016 : 113-114) menjelaskan model pembelajaran Inquiry adalah model pembelajaran seni merekayasa sutasi yang membuat siswa bisa berperan sebagai ilmuan, sehingga pembelajaran tersebut dapat menekankan pada aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa untuk berdiskusi. Majid (2013 : 223) menyatakan bahwa strategi pembelajaran Inquiry berupa rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari serta menemukan sendiri jawaban suatu masalah yang dipertanyakan.
Muhadjir dalam Fathurrohman (2015 : 104) menyebutkan dalam pembelajaran Inquiry akan menimbulkan proses mental seperti: a) merumuskan masalah, b) merancang eksperimen, c) melaksanakan eksperimen, d) mengumpulkan data, e) menganalisis, dan f) membuat kesimpulan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Oemar (2013 : 219) bahwa pada pembelajaran Inquiry seseorang bertindak sebagai seorang ilmuan dan mampu melakukan proses mental, diantaranya sebagai berikut : 1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen, 5) melaksanakan eksperimen, dan 6) mensintesiskan pengetahuan, 7) memiliki sikap ilmiah.

Hiang’s in Shamsudin, dkk (2013:58) elaboration of inquiry includes investigation of a problem; finding truth or knowldge that requires thinking critically, making observation, asking questions, doing experiments, and stating conclusions, and thinking creatively and using intuition. Inquiry is a process of understanding the characteristics of science through scientific experiments.

Srini (2011 : 51) menyebutkan bahwa pendekatan Inquiry merupakan strategi pembelajaran membuat guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan ilmuan yang berupa proses penemuan dan penyelidikan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. National Reseach Council (NRC) dalam Susanto (2016:173) menyatakan pembelajaran Inquiry mempunyai tujuan utama, yaitu: 1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk belajar prinsip dan konsep sains, 2) mengembangkan keterampilan ilmiah, sehingga mampu bekerja seperti ilmuan, 3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. 

Santyasa dalam Salim & Tiawa (2015:76) explain about inquiry,  to improve the quality of the processes and outcomes of the learning, the learning experts have suggesred the use structured inquiry learning paradigm for teaching and learning activities ini the classroom.

Model pembelajaran Inquiry merupakan model yang diasumsikan cukup akomodatif untuk pembelajaran sains di SD, karena model ini menjadi jembatan gaya pembelajaran konvensional yang masih verbalitas dan minim alat-alat ke gaya pembelajaran sains alternatif yang lebih proposional bagi hakikat sains dan karakteristik siswa SD (Fatonah & Prasetyo, 2014:74).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Inquiry merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan dalam proses belajar, sehingga dapat melatih siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan membiasakan siswa untuk bekerja layaknya seorang ilmuan.

c.    Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry
Sanjaya dalam Fathurrohman (2015:106) menyebutkan beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran Inquiry, diantaranya: 1) menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal dalam mencari dan menemukan, 2) seluruh aktivitas peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, 3) model pengembangan kemampuan intelektual yang merupakan bagian dari proses mental. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anam (2015:13) yang menyebutkan ciri-ciri dari pembelajaran Inquiry, diantaranya: 1) strategi Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar, 2) strategi Inquiry menempatkan guru sebagai fasilitator  dan motivator dalam belajar, 3) siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi namun menggunakan potensi untuk mengembangkan pemahaman terhadap materi pelajaran.
Menurut Hosnan (2014 : 341) ciri-ciri pembelajaran Inquiry sebagai berikut : 1) pembelajaran Inquiry menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, perserta didik sebagai subjek belajar,  2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan dan mampu menumbuhkan sikap percaya diri, 3) peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga menggunakan potensi yang dimiliki.
Berdasarkan uraian di atas bahwa yang menjadikan ciri khusus dalam sebuah pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang memposisikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan menekankan pada proses dengan adanya praktikum atau percobaan dalam kelas.

d.   Tujuan Model Pembelajaran Inquiry
Hosnan (2014:341) menyatakan tujuan dari penggunaan pembelajaran Inquiry adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis, dan kemampuan intelektual yang merupakan bagian dari proses mental. Bruce & Well  dalam Hosnan (2014 : 345) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran Inquiry juga bertujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah.
Anam (2015 : 9) menyatakan tujuan pembelajaran berbasis Inquiry, untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Sehingga siswa tidak hanya mengerti materi pelajaran namun juga mampu menciptakan penemuan. Ngalimun (2017:92) menyatakan tujuan dari pendekatan Inquiry adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual untuk memunculkan masalah sehingga dapat mencari jawaban sendiri dan dapat memecahkan masalah secara mandiri. Sumantri & Permana (2001:142) menyebutkan beberapa tujuan dari metode Inquiry, diantaranya: 1) meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajaran, 2) mengurangi ketergantungan peserta didik dalam mendapatkan pengalaman belajaranya, 3) melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, 4) memberi pengalaman belajar seumur hidup.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran Inquiry adalah melatih siswa menjadi pribadi yang menyerupai ilmuan, mampu mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, dan mempunyai sikap ilmiah.

e.    Klasifikasi Model Pembelajaran Inquiry
Bonsteter dalam Susanto (2016:175) mengklasifikasikan Inquiry ke dalam empat tingkatan, yaitu: 1) praktikum (traditional hands-on), 2) pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), 3) inkuiri siswa mandiri (student direct inquiry), dan 4) penelitian siswa (student research). Hinduan,dkk dalam (Fatonah & Prasetyo, 2014:75) menyebutkan empat jenis pendekatan model Inquiry, diantaranya: 1) pendekatan rasional (rational approach), 2) pendekatan penemuan murni (pure discovery approach), 3) pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery approach), dan 4) pendekatan eksperimental (experimental approach).
Shamsudin (2013:584) explain there are five inquiry-based teaching methosd, namely simulation, field study, project, demonstration of discrepant event an experiment.
Bonnstetter dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:83-84) membedakan Inquiry ke dalam lima tingkatan, yaitu: 1) praktikum (traditional hand-on), 2) pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), 3) inkuiri terbimbing (guided inquiry), 4) inkuiri peserta didik mandiri (student directed inquiry), 5) penelitian peserta didik. Hal tersebut hampir sejalan dengan pendapat Anam (2015:16-18) bahwa terdapat empat tingkatan inquiry, yaitu: 1) inkuiri terkontrol, 2) inkuiri terbimbing, 3) inkuiri terencana, 4) inkuiri bebas. Sedangkan Suparno dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:84-85) membedakan Inquiry menjadi dua berdasarkan peran guru dalam melakukan penyelidikan, yaitu: 1) guided inquiry (penyelidikan terarah), 2) open inquiry (inkuiri terbuka atau bebas).
Wening  (2012:9) the levels of Inquiry of Science is reviewed and explicated. The Model’s levels – discovery learning, interactive demontstration, inquiry labs, and hypothetical inquiry- are integrated with a new 5-stage learning cycle to produce a refined model for science teaching.
Dari beberapa klasifikasi model pembelajaran Inquiry di atas. Peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran Inquiry tipe discovery learning dengan tahapannya yaitu; observation, manipulation, generalization, verification, dan aplication.

f.     Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
Imas & Berlin (2016 : 117) mengemukakan bahwa proses pembelajaran inquiry dapat dilakukan secara personal dan atau membentuk kelompok. Adapun cara membentuk kelompok dalam Inquiry sebagai berikut : 1) membentuk kelompok berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial, 2) memperkenalkan topik inkuiri kepada semua kelompok sesuai dengan minat, 3) membuat kebijakan atau aturan-aturan khusus berkaitan dengan topik yang akan dibahas, 4) setiap kelompok diarahkan untuk dapat merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan atau aturan yang akan dilaksanakan terkait topik yang dibahas. Oemar (2013 : 221) berpendapat penggunaan strategi inquiry dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus secara jelas, 2) mengajukan pertanyaan tentang fakta, 3) memformulasikan hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2, 4) mengumpulkan informasi, 5) merumuskan jawaban atas pertanyaan.
Syah dalam Fathurrohman (2015 : 109) mengaplikasikan, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang) atau orientasi, 2) Problem statement (pernyataan/indentifikasi masalah, 3) Data collection (pengumpulan data), 4) Data processing (pengolahan data), 5) Verification (pembuktian), 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Wening (2012 : 13) memaparkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Inquiry tipe discovery learning sebagai berikut :
1)   Observation
Langkah observation adalah langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengondisikan agar peserta didik dapat aktif mengikuti pembelajaran. Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk mengindetifikasi suatu obyek atau benda yang diberikan oleh guru.
2)   Manipulation
Manipulation merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu masalah atau kejadian yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik membimbing siswa untuk menentukan hipotesis. Pendidik setelah itu membimbing siswa melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesis.
3)   Generalization
Generalization merupakan  langkah yang menuntut peserta didik untuk menuliskan hasil percobaan. Pendidik membimbing siswa untuk menyiapkan data dalam membuktikan hipotesis. Setelah itu, pendidik meminta siswa mengutarakan data yang di peroleh untuk menguji hipotesis.
4)   Verification
Verification adalah pada tahap ini pendidik membimbing para siswa menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dalam melakukan percobaan, sehingga dapat memberikan jawaban pada hipotesis yang telah dibentuk.
5)   Aplication
Aplication adalah pada tahap ini pendidik memberikan sebuah aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, mengenai topik yang di berikan kepada siswa. Sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dari pembelajaran Inquiry ada liam tahap yaitu observation, manipulation, generalization, verification, dan aplication.

g.    Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry
 Imas & Berlin (2016 : 114) mengemukakan kelebihan model pembelejaran Inquiry  ialah: 1) Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, 2) model pembelajaran Inquiry memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing, 3) model pembelajaran Inquiry menganggap belajar adalah proses perubahan, 4) model pembelajaran Inquiry dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Dengan kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran Inquiry yang selalu melibatkan siswa dalam pembelajaran,  Hosnan (2014 : 348) berpendapat bahwa dapat ditimbulkan beberapa keuntungan mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry, diantaranya: 1) membangun pemahaman konsep dan gagasan yang baik, 2) membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, 3) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, 4) membantu siswa untuk berfikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5) memberi kepuasan yang bersifat instrinsik, 6) mendorong terjadinya proses belajar yang lebih menantang.
Anam (2015 : 15) menyebutkan beberapa kelebihan model pembelajaran inquiry sebagai berikut :
1)   Real life skills: siswa belajar hal-hal penting yang mudah dilakukan. Sehingga siswa tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan, namun juga didorong untuk melakukan
2)   Open-ended topic : tema yang diperlajari tidak terbatas, bisa bersumber pada buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio, dan seterusnya. Sehingga membuat siswa banyak belajar.
3)   Intuitif, imajinatif, inovatif : siswa belajar dengan seluruh potensi yang dimiliki, mulai dari kreatifitas hingga imajinasi. Sehingga siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box karena siswa belajar bukan hanya sekedar kewajiban tetapi membutuhkan.
4)   Peluang melakukan penemuan : dengan observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan, sehingga siswa akan mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang memberikan ruang gerak seacara penuh kepada siswa dalam menemukan pengetahuan dan mampu melatih siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif.

h.   Kekurangan atau Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry
Imas & Berlin (2016 : 115) mengemukakan beberapa kekurangan model pembelajaran Inquiry, sebagai berikut : 1) sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, 2) strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur kebiasaan siswa dalam belajar, 3) memungkinkan untuk terjadi proses pembelajaran yang panjang, 4) apabila ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran Inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Marsh dalam Ngalimun (2016:69) menyatakan ada beberapa kelemahan-kelemahan dari pendekatan pembelajaran Inquiry, diantaranya: 1) memerlukan jumlah jam pelajaran yang banyak di dalam dan luar kelas, 2) memerlukan proses mental, seperti analitik dan kognitik, 3) berbahaya apabila dikaitkan dengan beberapa problema Inquiry, 4) siswa lebih menyukai pendekatan bab per bab yang tradisional, 5) siswa dievaluasi dengan menggunakan tes prestasi tradisional.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pembelajaran Inquiry adalah dalam apabila peserta didik tidak dibiasakan melakukan percobaan pada kegiatan pembelajaran maka akan sulit untuk diterapkan, karena kegiatan pada proses pembelajaran menuntut siswa untuk bergerak aktif dalam melakukan percobaan.

i.      Tahapan Model Pembelajaran Inquiry dalam pembelajaran IPA
Penggunaan model pembelajaran Inquiry dirasa cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA. Beberapa unsur model Inquiry yang harus ada dalam pembelajaran IPA, diantaranya: a) materi IPA yang dipelajari berhubungan dengan konteks masalah dan fenomena yang ditemui peserta didik, b) pola pertanyaan guru harus terarah, c) perumusan masalah dan hipotesis dari peserta didik harus diperiksa guru, d) mengoptimalkan nilai tanggung jawab dan rasa ingin tahu pada peserta didik ketika mengumpulkan data, e) pengambilan kesimpulan berpedoman pada konsep IPA, f) lembar asesmen kognitif, afektif, dan psikomotorik disiapkan sebelum proses pembelajaran, g) menentukan tempat kegiatan pembelajaran IPA (kelas, laboratorium, lingkungan sekitar,atau rumah).
Susanto (2016:176) menyebutkan pembelajaran Inquiry pada mata pelajaran IPA di SD terdapat lima tahapan, yaitu: 1) kegiatan merumuskan pertanyaan  yang dapat diteliti melalui percobaan sederhana, 2)  perumusan hipotesis atau membuat prediksi, 3) merencanakan dan melaksanakan suatu percobaan sederhana, 4) mengkomunikasikan hasil pengamatan menggunakan data dan alat percobaan, dan 5) menyimpulkan hasil pengamatan atau eksperimen yang telah dilakukan. Implementasi Model Pembelajaran Inquiry dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1.   Tahapan  Model Pembelajaran Inquiry dalam pembelajaran  IPA

kontributor: ermi

Previous
Next Post »
0 Komentar