a.
Pengertian
Sikap Ilmiah
Sikap
“attitude” merupakan sebuah
kecenderungan yang terbentuk karena pemahaman atau latihan untuk menanggapi
secara konsisten terhadap objek, konsep, ataupun keadaan sekolah keliling (Gie,
1992:52). Sedangkan Ruch dalam Bundu (2006
: 137) menyatakan sikap mengandung tiga
dimensi yang saling berkaitan, yaitu kepercayaan kognitif seseorang, perasaan
afektif atau evaluatif, dan perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Secord
& Backman dalam Azwar (2015 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar.
Sunarto
& Hartono (1999 : 170) berpendapat bahwa sikap merupakan kesiapan seseorang
dalam bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pendapat Raved & Ben (2010: 2) yang meyatakan bahwa:
The
word “attitudes” is as general term encompassing students’ orientation or
relation (be positive or negative) toward a pacticular object or event (in this
case-the study of scince)
Pendapat
di atas dapat diejlaskan bahwa kata sikap sebagai istilah umum adalah meliputi
orientasi atau hubungan siswa (baik positif atau negatif) terhadap objek atau
peristiwa paktikular (dalam hal ini yaitu studi sains).
Sedangkan
Harvey & Smith (1991 : 164) juga menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan
merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek
atau situasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan baik buruknya
pola perilaku atau tindakan seseorang sebagai bentuk reaksi terhadap obyek,
situasi dan lingkungan tertentu yang menimpa atau terjadi pada dirinya.
Ilmiah
adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang kebenarannya dapat diandalkan
kemudian digunakan perpaduan antara penalaran deduktif dan induktif, atau
gabungan rasionalisme dan empirisme (Sukardjo, 2005:4). Sehingga apabila
seseorang dalam usaha memperoleh data, menggunakan metode ilmiah maka akan mendapatkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya karena metode ilmiah
menuntut urutan kerja yang objektif dan rasional. Ilmiah adalah aspek tingkah
laku yang tidak dapat diajarkan melalui satuan pembelajaran tertentu, namun tingkah
laku (behavior) yang “ditangkap”
melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung, dipupuk, dan
dikembangkan sehingga dapat dimiliki oleh siswa (Bundu, 2006 : 42).
Bundu
(2006:13) mendefinisikan sikap Sains merupakan sikap yang dimiliki para ilmuan
dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan
baru, seperti sikap objektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung
jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan sebagainya. Gie (1992:52)
menjelaskan sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan pribadi ilmuwan untuk
berperilaku atau memberikan tanggapan dengan pemikiran ilmiahnya. Iskandar
(2001:12) sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil seorang ilmuan dalam
memecahkan suatu masalah sebagai usaha mencapai hasil yang diharapkan.
Sukardjo (2005 : 11) yang menyatakan apabila
seseorang mencari pemecahan masalah menggunakan metode ilmiah harus menghayati
sikap-sikap : a) jujur, b) tekun, c) teliti, d) obyektif, e) terbuka, f)
komunikatif, yang ketujuh sikap tersebut merupakan sikap ilmiah sehingga
nantinya diharapkan dapat tercapai hasil-hasil IPA yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Sikap ilmiah merupakan salah satu tujuan dari mempelajari ilmu
alamiah (Jasin, 2006:44).
Tursinawati
(2013:71) menyatakan apabila sikap ilmiah telah terbentuk pada diri siswa maka
akan menjadikan suri tauladan yang baik bagi peserta didik, baik dalam
penyeledikan atau berinteraksi dengan
masyarakat. Secara tidak langsung sikap ilmiah dalam proses pembelajaran IPA
dapat menyelesaikan masalah-masalah moralitas anak bangsa ini.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan sikap ilmiah
adalah kecenderungan dalam berperilaku yang merupakan tanggapan dari hasil
pemikiran ilmiah, yang dapat dikembangkan dengan kegiatan melalui metode-metode
ilmiah.
b.
Dimensi
Sikap Ilmiah
Dimensi
merupakan penjabaran yang lebih detail terhadap ranah-ranah pada sikap ilmiah. Kementrian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) merumuskan 18 nilai karakter yang dapat
ditanamkan dalam diri peserta didik. Nilai karakter tersebut tidak hanya
menjadi tanggungjawab mata pelajaran Pendidikan Moral pancasila maupun agama.
Namun, juga dapat di bangun melalui pendidikan IPA, meliputi 1) religius, 2)
jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8)
demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, 11)
cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta damai, 15)
gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab
(Suyadi, 2013 :7).
National Curriculum
Council (NCC) dalam Bundu (2006 : 39)
menyatakan bahwa semua tingkatan pendidikan sains perlu memiliki sikap ilmiah,
diantaranya : (a) hasrat ingin tahu, (b) menghargai kenyataan, (c) ingin
menerima ketidakpastian, (d) refleksi kritis dan hati-hati, (e) tekun, ulet,
tabah, (f) kreatif untuk penemuan baru, (g) berfikiran terbuka, (h) sensitif
terhadap lingkungan sekitar, (i) bekerjasama dengan orang lain. Kartono (2012 :
4) mengutip pendapat Hadiat & Nyoman (1976) mengemukakan empat sikap
ilmiah, yaitu: (1) obyektif terhadap fakta, (2) tidak tergesa-gesa mengambil
kesimpulan, (3) berhati terbuka, dan (4) ingin menyelidiki
Dari
beberapa pendapat ahli mengenai dimensi sikap ilmiah, penelitian ini akan
memfokuskan pada peningkatan empat aspek sikap ilmiah yaitu disiplin, rasa
ingin tahu, dan kerja keras. Peneliti menekankan kepada tiga sikap ilmiah
tersebut, karena ke tiga sikap ilmiah tersebut masih dinilai kurang merata dan
belum membudaya sehingga perlu ditingkatkan pada diri siswa. Sikap ilmiah
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Disiplin
Blandford dalam Zainal (2011 : 116) menyatakan disiplin
adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa dapat mengatur dirinya
sendiri. Suyadi (2015 : 8) bahwa
disiplin adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku. Ngainun (2012 : 142) menjelaskan
disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang
berlaku.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa disiplin adalah pengembangan internal diri seseorang atau
siswa yang berupa kebiasaan dan tindakan kepatuhan terhadap aturan, perintah
dan keputusan yang berlaku.
2) Rasa Ingin Tahu
Rasa
ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu mempunyai upaya untuk
mengetahui informasi lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar (Daryanto,dkk, 2013:147).
Sejalan dengan pendapat Yudha & Tri (2013 :168) mengatakan bahwa rasa
ingin tahu adalah perasaan atau sikap yang kuat yang muncul pada diri seseorang
untuk mengetahui sesuatu, sehingga membuat tingkat berfikir seseorang menjadi
lebih tinggi, bersemangat, apalagi jika berhasil menuntaskan.
Suyadi
(2015 : 9) menyebutkan rasa ingin tahu berupa cara berfikir, sikap dan perilaku
yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat,
didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. Lebih lanjut Bundu (2006 :141) menyebutkan
indikator rasa ingin tahu terdiri dari : a) antusias mencari jawaban, b)
perhatian pada obyek yang diamati, c) antusias pada proses Sains, d) menanyakan
setiap langkah kegiatan. Kartono (2012) menyebutkan beberapa indikator dari
sikap ilmiah rasa ingin tahu diantaranya : a) sering bertanya, b) suka membaca,
c) suka berkreasi/ melakukan hal baru, d) suka mengamati.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah sikap yang menunjukkan
keinginatuan siswa terhadap hal baru sehingga memicu antusias siswa berfikir tinggi
dan mempelajari secara mendalam.
3) Kerja
Keras
Kerja
keras adalah upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tugasnya hingga tuntas. Dharma,dkk (2013 : 17 ) menyatakan beberapa karakteristik
kerja keras diantaranya : 1) merasa risau jika pekerjaan belum selesai, 2)
memeriksa terhadap apa yang menjadi tanggungjawabn secara pribadi, 3) mampu
mengelola waktu yang dimilikinya dengan sebaik mungkin, 4) mampu mengorganisasi
sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Suyadi
(2015 : 8) menyatakan bahwa kerja keras yakni perilaku yang menunjukkan upaya
secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan,
pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Menurut Ngainun (2012 :
148,151) menyatakan kerja keras sesuatu yang melambangkan kegigihan dan
keseriusan mewujudkan cita-cita, bekerja
lebih banyak dari orang lain, lebih produktif, dan menghasilkan lebih banyak
dari orang lain.
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa kerja keras adalah segala bentuk upaya yang
dilakukan secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas sebagai bentuk upaya
kegigihan untuk meraih dan mewujudkan cita-cita.
c.
Penilaian
Sikap Ilmiah
Menurut
Siswanto (2017 : 2) penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Sikap
ilmiah termasuk ke dalam ranah afektif atau sikap dalam pembelajaran. Perlu
adanya penilaian terhadap sikap ilmiah siswa. Penilaian kompetensi sikap dapat
dilakukan oleh pendidik dengan berbagai teknik melalui observasi, penilaian
diri, penilaian teman/antarsiswa (Hosnan, 2014:396). Berikut merupakan
penilaian yang dapat dilakukan dalam menilai sikap seseorang atau siswa,
diantaranya:
1) Observasi
Observasi
adalah teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan indera, baik langsung maupun tidak langsung dengan berpedoman pada
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian
diri
Penilaian
diri adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakakn
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen
yang diperlukan dalam penilaian tersebut berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian
antarpeserta didik/teman
Penilain
tersebut merupakan teknik menilai yang meminta peserta didienelk untuk saling menilai
dan mengemukakan terkait dengan pencapaian kompetensi teman. Instrumen yang
digunakan dalam penilaian tersebut adalah lembar penilaian antarpeserta didik
yang disesuaikan dengan jumlah perserta didik.
4) Jurnal/catatan
guru
Penilaian
jurnal/catatan guru adalah catatan peserta didik yang berupa penilaian di dalam
dan di luar kelas, berisikan formulir hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berhubungan dengan sikap dan perilaku.
Teknik penilaian dalam penelitian
ini adalah teknik observasi. Observasi dilaksanakan secara terstruktur dengan
menggunakan instrumen yang mencakup tiga sikap ilmiah yaitu disiplin, rasa
ingin tahu, dan kerja keras dengan kriteria-kriteria yang dirancang berdasarkan
hasil observasi sebelum dilakukannya tidakan untuk mengamati sikap ilmiah siswa
sehingga bisa untuk ditingkatkan. Penyusunan instrumen sikap ilmiah dalam
penelitian ini mengadaptasi dan memodifikasi kriteria sikap ilmiah dengan
membuatnya menjadi lebih sederhana dan disesuaikan dengan siswa kelas V SD.
kontributor: ermi
0 Komentar