Hakikat Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

January 15, 2019
a.    Pengertian Sikap Ilmiah

     Sikap “attitude” merupakan sebuah kecenderungan yang terbentuk karena pemahaman atau latihan untuk menanggapi secara konsisten terhadap objek, konsep, ataupun keadaan sekolah keliling (Gie, 1992:52).  Sedangkan Ruch dalam Bundu (2006 : 137)  menyatakan sikap mengandung tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu kepercayaan kognitif seseorang, perasaan afektif atau evaluatif, dan perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Secord & Backman dalam Azwar (2015 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar.

     Sunarto & Hartono (1999 : 170) berpendapat bahwa sikap merupakan kesiapan seseorang dalam bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Raved & Ben (2010: 2) yang meyatakan bahwa:

The word “attitudes” is as general term encompassing students’ orientation or relation (be positive or negative) toward a pacticular object or event (in this case-the study of scince)

     Pendapat di atas dapat diejlaskan bahwa kata sikap sebagai istilah umum adalah meliputi orientasi atau hubungan siswa (baik positif atau negatif) terhadap objek atau peristiwa paktikular (dalam hal ini yaitu studi sains).

     Sedangkan Harvey & Smith (1991 : 164) juga menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan baik buruknya pola perilaku atau tindakan seseorang sebagai bentuk reaksi terhadap obyek, situasi dan lingkungan tertentu yang menimpa atau terjadi pada dirinya.

     Ilmiah adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang kebenarannya dapat diandalkan kemudian digunakan perpaduan antara penalaran deduktif dan induktif, atau gabungan rasionalisme dan empirisme (Sukardjo, 2005:4). Sehingga apabila seseorang dalam usaha memperoleh data, menggunakan metode ilmiah maka akan mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya karena metode ilmiah menuntut urutan kerja yang objektif dan rasional. Ilmiah adalah aspek tingkah laku yang tidak dapat diajarkan melalui satuan pembelajaran tertentu, namun tingkah laku (behavior) yang “ditangkap” melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung, dipupuk, dan dikembangkan sehingga dapat dimiliki oleh siswa (Bundu, 2006 : 42).  

     Bundu (2006:13) mendefinisikan sikap Sains merupakan sikap yang dimiliki para ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan  baru, seperti sikap objektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan sebagainya. Gie (1992:52) menjelaskan sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan pribadi ilmuwan untuk berperilaku atau memberikan tanggapan dengan pemikiran ilmiahnya. Iskandar (2001:12) sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil seorang ilmuan dalam memecahkan suatu masalah sebagai usaha mencapai hasil yang diharapkan.

  Sukardjo (2005 : 11) yang menyatakan apabila seseorang mencari pemecahan masalah menggunakan metode ilmiah harus menghayati sikap-sikap : a) jujur, b) tekun, c) teliti, d) obyektif, e) terbuka, f) komunikatif, yang ketujuh sikap tersebut merupakan sikap ilmiah sehingga nantinya diharapkan dapat tercapai hasil-hasil IPA yang dapat dibuktikan kebenarannya. Sikap ilmiah merupakan salah satu tujuan dari mempelajari ilmu alamiah (Jasin, 2006:44).

     Tursinawati (2013:71) menyatakan apabila sikap ilmiah telah terbentuk pada diri siswa maka akan menjadikan suri tauladan yang baik bagi peserta didik, baik dalam penyeledikan  atau berinteraksi dengan masyarakat. Secara tidak langsung sikap ilmiah dalam proses pembelajaran IPA dapat menyelesaikan masalah-masalah moralitas anak bangsa ini.

     Berdasarkan uraian di atas  disimpulkan sikap ilmiah adalah kecenderungan dalam berperilaku yang merupakan tanggapan dari hasil pemikiran ilmiah, yang dapat dikembangkan dengan kegiatan melalui metode-metode ilmiah.

b.   Dimensi Sikap Ilmiah
     Dimensi merupakan penjabaran yang lebih detail terhadap ranah-ranah pada sikap ilmiah. Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) merumuskan 18 nilai karakter yang dapat ditanamkan dalam diri peserta didik. Nilai karakter tersebut tidak hanya menjadi tanggungjawab mata pelajaran Pendidikan Moral pancasila maupun agama. Namun, juga dapat di bangun melalui pendidikan IPA, meliputi 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab (Suyadi, 2013 :7).

     National Curriculum Council (NCC) dalam Bundu (2006 : 39) menyatakan bahwa semua tingkatan pendidikan sains perlu memiliki sikap ilmiah, diantaranya : (a) hasrat ingin tahu, (b) menghargai kenyataan, (c) ingin menerima ketidakpastian, (d) refleksi kritis dan hati-hati, (e) tekun, ulet, tabah, (f) kreatif untuk penemuan baru, (g) berfikiran terbuka, (h) sensitif terhadap lingkungan sekitar, (i) bekerjasama dengan orang lain. Kartono (2012 : 4) mengutip pendapat Hadiat & Nyoman (1976) mengemukakan empat sikap ilmiah, yaitu: (1) obyektif terhadap fakta, (2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, (3) berhati terbuka, dan (4) ingin menyelidiki

     Dari beberapa pendapat ahli mengenai dimensi sikap ilmiah, penelitian ini akan memfokuskan pada peningkatan empat aspek sikap ilmiah yaitu disiplin, rasa ingin tahu, dan kerja keras. Peneliti menekankan kepada tiga sikap ilmiah tersebut, karena ke tiga sikap ilmiah tersebut masih dinilai kurang merata dan belum membudaya sehingga perlu ditingkatkan pada diri siswa. Sikap ilmiah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1)   Disiplin
     Blandford  dalam Zainal (2011 : 116) menyatakan disiplin adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa dapat mengatur dirinya sendiri.  Suyadi (2015 : 8) bahwa disiplin adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Ngainun (2012 : 142) menjelaskan disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku.
     Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa disiplin adalah  pengembangan internal diri seseorang atau siswa yang berupa kebiasaan dan tindakan kepatuhan terhadap aturan, perintah dan keputusan yang berlaku.

2)   Rasa  Ingin Tahu
     Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu mempunyai upaya untuk mengetahui informasi lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar (Daryanto,dkk, 2013:147).  Sejalan dengan pendapat Yudha & Tri (2013 :168) mengatakan bahwa rasa ingin tahu adalah perasaan atau sikap yang kuat yang muncul pada diri seseorang untuk mengetahui sesuatu, sehingga membuat tingkat berfikir seseorang menjadi lebih tinggi, bersemangat, apalagi jika berhasil menuntaskan.
     Suyadi (2015 : 9) menyebutkan rasa ingin tahu berupa cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.  Lebih lanjut Bundu (2006 :141) menyebutkan indikator rasa ingin tahu terdiri dari : a) antusias mencari jawaban, b) perhatian pada obyek yang diamati, c) antusias pada proses Sains, d) menanyakan setiap langkah kegiatan. Kartono (2012) menyebutkan beberapa indikator dari sikap ilmiah rasa ingin tahu diantaranya : a) sering bertanya, b) suka membaca, c) suka berkreasi/ melakukan hal baru, d) suka mengamati.  
     Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah sikap yang menunjukkan keinginatuan siswa terhadap hal baru sehingga memicu antusias siswa berfikir tinggi dan mempelajari secara mendalam.

3)   Kerja Keras
     Kerja keras adalah upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya hingga tuntas. Dharma,dkk  (2013 : 17 ) menyatakan beberapa karakteristik kerja keras diantaranya : 1) merasa risau jika pekerjaan belum selesai, 2) memeriksa terhadap apa yang menjadi tanggungjawabn secara pribadi, 3) mampu mengelola waktu yang dimilikinya dengan sebaik mungkin, 4) mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
     Suyadi (2015 : 8) menyatakan bahwa kerja keras yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Menurut Ngainun (2012 : 148,151) menyatakan kerja keras sesuatu yang melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita,  bekerja lebih banyak dari orang lain, lebih produktif, dan menghasilkan lebih banyak dari orang lain.
     Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa kerja keras adalah segala bentuk upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas sebagai bentuk upaya kegigihan untuk meraih dan mewujudkan cita-cita.

c.    Penilaian Sikap Ilmiah
     Menurut Siswanto (2017 : 2) penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

     Sikap ilmiah termasuk ke dalam ranah afektif atau sikap dalam pembelajaran. Perlu adanya penilaian terhadap sikap ilmiah siswa. Penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan oleh pendidik dengan berbagai teknik melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman/antarsiswa (Hosnan, 2014:396). Berikut merupakan penilaian yang dapat dilakukan dalam menilai sikap seseorang atau siswa, diantaranya:
1)   Observasi
     Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan indera, baik langsung maupun tidak langsung dengan berpedoman pada pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2)   Penilaian diri
     Penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakakn kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang diperlukan dalam penilaian tersebut berupa lembar penilaian diri.
3)   Penilaian antarpeserta didik/teman
        Penilain tersebut merupakan teknik menilai yang meminta peserta didienelk untuk saling menilai dan mengemukakan terkait dengan pencapaian kompetensi teman. Instrumen yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah lembar penilaian antarpeserta didik yang disesuaikan dengan jumlah perserta didik.
4)   Jurnal/catatan guru
        Penilaian jurnal/catatan guru adalah catatan peserta didik yang berupa penilaian di dalam dan di luar kelas, berisikan formulir hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berhubungan dengan sikap dan perilaku.
     Teknik penilaian dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Observasi dilaksanakan secara terstruktur dengan menggunakan instrumen yang mencakup tiga sikap ilmiah yaitu disiplin, rasa ingin tahu, dan kerja keras dengan kriteria-kriteria yang dirancang berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukannya tidakan untuk mengamati sikap ilmiah siswa sehingga bisa untuk ditingkatkan. Penyusunan instrumen sikap ilmiah dalam penelitian ini mengadaptasi dan memodifikasi kriteria sikap ilmiah dengan membuatnya menjadi lebih sederhana dan disesuaikan dengan siswa kelas V SD.

kontributor: ermi
Previous
Next Post »
0 Komentar