Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan
gangguan dari dalam bumi. Gelombang seismik terjadi akibat adanya gangguan
mekanik (gradient stress) yang
melawan gaya elastik batuan. Oleh karena itu, gelombang seismik refleksi juga
dapat diartikan sebagai gelombang elastik yang merambat di dalam bumi. Berdasarkan
medium perambatannya, gelombang seismik dibedakan menjadi gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Pada eksplorasi seismik
hanya gelombang badan saja yang digunakan sebagai data, karena memiliki
penetrasi yang dalam.
Berdasarkan arah getar dan rambat, gelombang badan dibedakan
menjadi gelombang longitudinal dan gelombang tranversal. Gelombang longitudinal
ialah gelombang yang memiliki arah getar dan arah rambat yang sama, gelombang
ini selanjutnya disebut sebagai gelombang primer (P-Wave). Gelombang tranversal merupakan gelombang dengan arah getar
tegak lurus dengan arah rambatnyayang selanjutnya disebut gelombang sekunder (S-Wave).
Gelombang Seismik Refleksi
Berdasarkan penelitian Huygens
gelombang seismik merambat secarara hiperbolik ke bawah permukaan, dan menyebar
kesegala arah. Ketika gelombang melewati bidang perlapisan gelombang akan
membentuk gelombang baru (Reynolds, 1998). Prinsip tersebut dilengkapi oleh
Fermat. Asas Fermat menyatakan, bahwa gelombang seismik akan merambat melalui
lintasan tercepat. Artinya gelombang cenderung akan melewati medium keras dengan
waktu tempuh yang lebih cepat daripada medium lunak yang membutuhkan waktu
tempuh lebih lama meskipun jaraknya dekat. Snellius menambahkan prinsip
penjalaran gelombang pada batas perlapisan. Hukum Snellius menyatakan ketika
gelombang melewati batas perlapisan maka akan dipantulkan (refleksi) dan
dibiaskan (refraksi). Sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut
datang dan kecepatan gelombang. Gelombang akan dibiaskan apabila sudut datang
lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya.
Gelombang badan yang merambat
melalui medium elastik akan mengakibatkan gangguan pada partikel batuan.
Gangguan tersebut akan mengakibatkan tegangan (stress) dan regangan (strain)
dengan arah tertentu. Stress adalah
rasio dari gaya pada suatu luasan. Strain
adalah jumlah deformasi perubahan bentuk dari bentuk semula. Tetapan
kesebandingan antara stress dan strain pada gelombang elastik disebut
sebagai modulus elastik. Menurut Reynolds (1998) modulus elastik batuan
meliputi modulus Young, modulus Bulk, modulus geser. Modulus Young atau modulus eastis merupakan
kemampuan suatu medium untuk mempertahankan bentuknya. Modulus elastis (E)
diketahui dari hasil bagi antara stress
(s)
dengan strain (e).
Modulus Bulk adalah elastisitas
volumetrik, atau kecenderungan suatu benda untuk berubah bentuk ke segala arah
ketika diberi tegangan seragam ke segala arah. Modulus Bulk didefinisikan sebagai tegangan volumetrik terhadap regangan
volumetrik, dan merupakan kebalikan dari kompresibilitas. Modulus geser menyatakan
kecenderungan suatu medium untuk berpindah dari posisi sebenarnya.
Impedansi Akustik dan Koefisien Refleksi
Gelombang seismik merambat
melewati batuan dalam bentuk gelombang elastis yang mentransfer energi menjadi
pergerakan partikel batuan. Dimensi dari gelombang elastik jauh lebih besar
dari dimensi pergerakan partikel. Meskipun begitu, penjalaran gelombang seismik
dapat diterjemahkan dalam bentuk kecepatan dan tekanan partikel yang disebabkan
oleh vibrasi selama penjalaran gelombang tersebut. Pergerakan partikel dalam
mengalirkan energi akan menentukan kecepatan gelombang seismik. Sifat batuan
dalam menghantarkan gelombang seismik disebut sebagai impedansi akustik. Sifat
akustik tersebut sangat dipengaruhi oleh kecepatan (v) dan kerapatan partikel
batuan (r) (Sukmono dan Agus, 2001). Menurut
Anstey (1997) batuan yang keras dan sukar dimanpatkan memiliki nilai Acoustic Impedance (AI) tinggi. AI
dirumuskan sebagai berikut:
AI = rho x v
Dimana rho merupakan densitas batuan, v merupakan kecepatan gelombang seismik. Menurut
Sigit Sukmono dan Agus (2001) impedansi akustik adalah sifat fisis batuan yang
dipengaruhi oleh litologi, porositas, kandungan fluida, kedalaman, tekanan dan
temperatur. Sehingga, AI dapat digunakan sebagai indikator litologi, porositas,
hidrokarbon, dan kuantifikasi karakter reservoir.
Pantulan gelombang seismik
terjadi oleh adanya perbedaan AI. Perbandingan antara energi yang dipantulkan
dengan energi datang pada keadaan normal disebut sebagai kefisien refleksi
(KR). KR dirumuskan sebagai berikut:
Diamna KR merupakan koefisien
reflektivitas, AI1 merupakan impedansi akustik lapisan atas, r1
densitas lapisan atas, v1 kecepatan lapisan atas, AI1
impedansi akustik lapisan bawah, r2
densitas lapisan bawah, dan v2 kecepatan gelombang lapisan bawah.
Harga kontras AI dapat diperkirakan dari amplitudo refleksinya. Semakin besar
amplitudonya semakin besar refleksi dan kontras AI-nya.
Daftar Pustaka:
Anstey, N. A.
1997. Simple Seismics. International
Human Resources Development Corporation. Boston.
Reynolds. 1998. An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics. John Wiley and Sonds Ltd. England.
Sukmono, Sigit,
dan Agus Abdullah. 2001. Karakterisasi
Reservoir. ITB press. Bandung.
0 Komentar