Pondasi Tiang

January 07, 2019

Pondasi tiang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman tertentu. Pondasi tiang menurut jenisnya dibagi menjadi tiang pendek dan tiang panjang, tiang pendek sebagai tiang yang kaku dan tiang panjang sebagai tiang yang fleksibel (elastis). Dalam pondasi tiang berlaku fungsi kekakuan akibat tiang dengan tanah yang menjadi satu kesatuan yang disebut faktor kekakuan tiang (EI) dan kemampuan dari kemampatan tanah. Faktor kekakuan dapat dicari dengan persamaan (2.1) dan (2.2) sebagai berikut:


                                                                                           
dengan:
T  = faktor kekauan
R  = faktor kekauan
Ep = 4700  (modulus elastisitas tiang)                                            (2.3)
Ip = momen inersia tiang
ƞ= modulus reaksi tanah dasar
ks  modulus subgrade tanah    []                                    (2.4)
D   = diameter tiang 

Reese et.All.dan Terzaghi menentukan nilai modulus tanah dasar berdasarkan tingkat kerapatan dari tanah tersebut. Nilai modulus tanah tersebut dapat dilihat pada grafik yang disajikan pada Gambar 2.1. Kriteria pembagian tiang atas tiang pendek yang kaku dan tiang panjang yang elastis dinyatakan oleh Tomlinson sebagai fungsi kekakuan, disajikan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Kriteria pondasi tiang pendek dan pondasi tiang panjang (Tomlinson, 1994)
Tipe Tiang
Modulus Tanah (K) Bertambah dengan Kedalaman
Modulus Tanah (K) Konstan
Kaku
L ≤ 2T
L ≤ 2R
Tidak Kaku
L ≥ 4T
L ≥ 3,5R


Gambar 2.1Grafik hubungan antara modulus tanah dasar dengan relative density pada tanah berpasir (Tomlinson, 1994)

Nilai modulus reaksi tanah dasar lainnya disajikan dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3 Nilai modulus reaksi tanah dasar (Tomlinson, 1994)
Jenis Tanah
Modulus Reaksi Tanah Dasar
Lempung lunak yang terkonsolidasi normal
350 – 700 kN/m3
Lanau organik lunak
150 kN/m3

Pondasi Tiang pancang bulat atau sering disebut prestressed spun pile adalah tiang pancang yang paling modern dan paling sering digunakan di dunia sebagai tiang fondasi (paku bumi).Prestressed Concrete Spunpile merupakan salah satu jenis pondasi tiang panjang yang memerlukan beton dengan mutu tinggi. Pembuatan spunpile biasanya dilakukan di pabrik agar prosesnya dapat dikontrol dengan baik. Proses produksi yang spesial seperti pemadatan dengan spinning atau autoclave curing dapat di pakai untuk menghasilkan beton mutu tinggi mencapai 75 MPa. (Pun, 2006).

Pile jenis ini umumnya mempunyai permeabilitas rendah dibandingkan dengan reinforced concrete piles dan diharapkan mempunyai performa yang bagus di laut. Namun, pile ini tidak cocok untuk lapisan tanah dengan material batu yang signifikan. Dalam kasus tersebut, preboring mungkin diperlukan untuk menembus lapisan tanah yang berbatu. Keretakandapat terjadi jika pengeboran tidak dilakukan kontrol dengan hati-hati dan tidak dilakukan sesuai dengan prosedur.

Pabrikan biasanya memproduksi Prestressed Concrete Spunpile dengan berbagai macam spesifikasi dari diameter 300 mm hingga 1200 mm dengan ujung tiang runcing, kotak maupun mamira. Panjang tiang biasanya 12 m, jika kebutuhan dilapangan lebih dari 12 m maka pile disambung dengan cara dilas. Pile ini mempunyai keunggulan antara lain:

  • Kekuatan dan kualitas beton tinggi. Kekuatan beton yang tinggi ini diperoleh dengan proses spinning yang mengakibatkan homogenitas dan kepadatan beton.
  • Lebih tahan lama. Karena kepadatan beton yang dikarenakan oleh proses spinning, tiang pancang akan terlindung dari korosi besi yang terdapat di dalamnya.
  • Ekonomis. Volume beton yang digunakan akan lebih sedikit jika dibandingkan oleh jenis tiang pancang lain yang memiliki bearing area yang sama.
  • Tiang pancang ini berbentuk silinder sehingga mudah digunakan (Easy handling)pada saat pemancangan dilakukan. Proses loading, unloading dan pemancangan akan menjadi mudah.
  • Lebih ringan. Transportasi akan lebih hemat biaya, terutama untuk proyek luar pulau / jarak jauh.


Tiang ini dilapangan mempunyai jenis ikatan kepala tiang bebas (free end pile) dan kepala tiang terjepit (fixed end pile). Menurut McNulty (1956) dalam Hardiyatmo (2010)free end pile adalah tiang yang bagian atasnya tidak terjepit atau terjepit kedalam penutup pelat kepala tiang kurang dari 60 cm, sedangkan fixed end pile adalah tiang yang bagian atasnya terjepit kedalam penutup pelat kepala tiang minimal 60cm. Sketsa kondisi tiang disajikan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Perbedaan kepala tiang ujung bebas dan kepala tiang ujung terjepit (McNulty (1956) dalam Hardiyatmo, 2010)



kontributor: mbejil

Previous
Next Post »
0 Komentar